Sejarah perang Dunia I

Sejarah perang Dunia I - PD I dimulai setelah peristiwa Pangeran Franz Ferdinand dari kerajaan Austro-Hongaria (sekarang Austria) bersama istrinya, dibunuh di kota Sarajevo, Bosnia, oleh anggota kelompok teroris Serbia, yang menamakan dirinya Gavrilo Princip. Bosnia merupakan kawasan negara Austria yang dituntut oleh Serbia, salah satu negara kecil di wilayah Semenanjung Balkan, dimana pembunuhan itu telah direncanakan sebelumnya.

Dengan bantuan dari Jerman, Austria-Hungaria memutuskan melakukan perang terhadap Serbia. Tidak pernah terjadi sebelumnya konflik yang sebesar ini, baik dari segi jumlah tentara yang dikerahkan dan dilibatkan, ataupun jumlah korban yang jatuh.Senjata kimia digunakan untuk pertama kalinya pada perang ini, pemboman massal warga sipil dari udara dilakukan, dan banyak dari pembunuhan massal berskala besar pertama pada  abad 19 berlangsung saat perang ini. Empat dinasti kerajaan, Habsburg, Romanov, Ottoman, dan Hohenzollern, yang memiliki akar kekuasaan kuat hingga zaman Perang Salib, seluruhnya jatuh setelah perang besar ini.

Austria-Hungaria menyerang negara Serbia pada 28 Juli 1914. Rusia membuat kesepakatan untuk membantu Serbia dan diserang oleh Jerman. Perancis pun turut serta membantu Rusia dan diserang juga oleh  Jerman. Untuk tiba di Paris dengan secepat mungkin, tentara Jerman lalu menyerang Belgia, dan kemudian Britania (Inggris) menyerang Jerman juga.Pada awalnya, Negara Jerman memenangkan peperangan tersebut, akan tetapi Perancis, Britania, serta Rusia terus menerus menyerang. Jerman, Austria-Hungaria, dan sekutunya disebut “Blok Sentral”, dan negara-negara yang menentang mereka dinamai “Blok Sekutu”.

Sewaktu peperangan berlanjut, negara lain pun ikut campur tangan. Hampir semuanya memihak kepada blok Sekutu. Pada tahun 1915, Italia akhirnya bergabung dengan Sekutu karena ingin menguasai negara Austria. Dan pada tahun 1917, Amerika Serikat ikut pulamemasuki kancah peperangan, dan memihak kepada blok Sekutu.
Meskipun Tentera Sekutu sangat kuat dan besar, Jerman terlihat sepertinya akan segera memenangkan peperangan tersebut. Setelah tahun 1914, Jerman pun akhirnya menguasai Luxemburg, hampir seluruh daratan Belgia, serta sebagian dari wilayah Perancis utara.

Jerman juga menang di Barisan Timur, ketika usaha dari Rusia gagal. Akan tetapi, menjelang tahun 1918, pasukan Jerman akhirnya mengalami kelelahan. Perbekalannya tidak mencukupi untuk perang dan timbul pergolakan sosial di dalam negerinya sendiri.

Di dalam Perjanjian Versailles yang ditandatangani pasca Perang Dunia I, pada tanggal  12 Januari 1919, Jerman akhirnya menyerahkan tanah-tanah jajahannya dan sebagian dari wilayah Eropa-nya. Polandia dibebaskan dan akhirnya mendapat wilayah Posen (sekarang kota Poznan), sebagian wilayah Silesia, serta sebagian lagi Prussia Barat.

Wilayah Alsace dan Lorraine yang sebelumnya dikuasai oleh Jerman dikembalikan ke Perancis. Kerajaan Perancis juga dapat menguasai kawasan Saar selama 15 tahun. Perjanjian ini juga memastikan Rhineland berada dibawah pendudukan Tentera Sekutu selama 15 tahun. Jumlah pasukan tentara Jerman harus di perkecil tidak melebihi 100.000 orang, dan dilarang memiliki pasukan udara. Jerman juga harus membayar rampasan perang kepada Tentara Sekutu sebanyak  £6.600 juta.

Diperkirakan sekitar 8.6 juta korban jiwa jatuh dalam Perang Dunia I. Blok Sekutu kehilangan sebanyak 5.1 juta jiwa, sementara Blok Sentral sebanyak  3.5 juta jiwa. PD I tersebut telah mengakibatkan kehancuran yang sangat luar biasa terhadap negara-negara yang ikut terlibat.

Sejarah kota Konstantinopel, kota dagang terbesar di dunia

Sejarah kota Konstantinopel, kota dagang terbesar di dunia - Kemenangan gemilang  pasukan Islam dari Kesultanan Turki terhadap pasukan Romawi Timur (Kristen) dalam Perang Salib yang awali dengan direbutnya kota pelabuhan terbesar saat itu, yaitu Konstantinopel, ibukota Romawi, membuka sejarah peranan dari negara dengan ideologi Islam ke dalam percaturan politik antar bangsa. Kemenangan pasukan Islam tersebut dalam perjalanan sejarah berikutnya akan  menjadi pemicu terjadinya kegiatan  imperialisme dan kolonialisme di masa berikutnya. Diambil alihnya kota Konstantinopel, yang namanya kemudian diganti menjadi  kota Istanbul, oleh para penakluk Turki menyebabkan revolusi pola arus perdagangan antara Dunia Barat dengan Dunia Timur.
Setelah jatuhnya Konstantinopel ke tangan Kesultanan Turki, arus pelayaran di sekitar wilayah Mediterania praktis dimonopoli secara mutlak oleh Turki. Hal ini berakibat pada terhalangnya interaksi antara dunia Barat dan Timur, apalagi dengan permusuhan yang terjadi antara Turki (Islam) dan Barat pasca Perang Salib. Jatuhnya kota Konstantinopel kemudian menghadirkan kesan isloasi bagi dunia Barat. Perdagangan yang sebenarnya terjadi antara dua pihak, yaitu Barat dan Timur kini telah menghadirkan sosok Turki sebagai pihak ketiga, sebagai jembatan dalam proses dagang tersebut. Implikasinya tentu saja pada harga komoditas yang diperjual belikan, yang menjadi agak mahal dari sebelumnya. Sementara pada waktu  itu, Barat, dalam hal ini Eropa, belum menjadi kawasan yang makmur dan maju seperti halnya Eropa abad XVIII ataupun hari hari sekarang ini. Pada masa itu, Eropa masih berada di bawah bayang – bayang zaman feodalisme serta kuasa absolut dari gereja.

Kemenangan gemilang Turki dan pasukan Islam di Konstantinopel, menampilkan kekuatan baru dalam hubungan antar bangsa. Mereka berhasil mendobrak dominasi negara negara Eropa dan doktrin keras gereja, hal mana yang sekaligus memicu kebangkitan bangsa Eropa dalam mengidentifikasi ketertinggalannya dari negara negara Arab. Maka dimulailah sebuah tahapan baru dalam pola interaksi antara Barat dan Islam, yang lebih banyak terjadi karena adanya faktor permusuhan di antara kedua belah pihak. Islam pasca kejatuhan kota Konstantinopel menjadi ancaman yang nyata sekaligus kekuatan yang paling menakutkan bagi Eropa saat itu. Apalagi dengan jatuhnya Konstantinopel, maka lahirlah sebuah imperium besar yang luas wilayahnya terbentang di seluruh kawasan Timur Tengah, sampai Afrika Utara, hingga memasuki wilayah Eropa.

Sementara di waktu yang bersamaan, Gereja Katholik Roma masih sangat kesulitan dalam mengumpulkan kekuatan Eropa dalam usahanya menangkal pengaruh Islam. Secara garis besar, hanya ada sedikit kekuatan negara yang bisa menggoncang Turki dan keseluruhannya berada di kawasan Eropa Timur (Timur Dekat, dalam sudut pandang Eropa), seperti Kekaisaran Austria-Hongaria, Kekaisaran Rusia, dan Persia.

Kebangkitan Eropa
Menyadari ketertinggalanya dari kesultanan Turki dan Dunia Arab, Eropa lalu berbenah diri. Di awali dengan Revolusi Gereja lewat prakarsa Martin Luther lewat protestanismenya, dan kemudian secara “tidak sengaja” merangsang dan menumbuhkan semangat liberalisme dari bangsa Eropa yang selama ini dipasung dalam bayang – bayang feodalisme borjuis dari bangsawan – bangsawan Eropa. Spirit liberalisme kemudian menawarkan sebuahkonsep sistem yang tentunya lebih baik lewat penghargaan atas hak – hak individu dari setiap manusia. Maka dimulailah sebuah fase perlawanan masyarakat Eropa dalam mendobrak dominasi dari Gereja dan Paus. Eropa pun mulai menjalani pencerahan, dan setiap orang mulai merasa bebas lalu memikirkan berbagai solusi untuk kemajuan tanpa harus khawatir akan doktrin dan dogma Gereja akan dosa dan neraka. Era ini lalu lebih dikenal sebagai zaman pencerahan.
Selanjutnya Eropa memasuki babak renaissance, di mana berbagai macam pemikiran dan buah pikiran baru bermunculan, termasuk bagaimana cara mengembalikan kejayaan Eropa seperti yang telah dilakukan oleh bangsa Yunani dan Romawi pada masa lalu. Bagaimanapun, fakta sejarah dari kejayaan masa lalu ini tentunya menjadi semangat tersendiri dan sangat menantang untuk mengembalikannya ke tahtanya yang sebelumnya. Setelah itu  dimulailah  interaksi bangsa Eropa dengan dunia luar, dengan mereka yang melakukan perjalanan dan pelayaran ke Timur maupun Barat. Hal ini tentunya berkaitan pula dengan pengambilalihan kota Konstantinopel dari Tangan Eropa ke tangan Islam (Turki). Perjalanan Bangsa Eropa pertama kali kemudian dilakukan oleh pelaut bernama Bartholomeus Diaz dari negara Portugis yang berlayar ke Selatan untuk menemukan rute ke dunia Timur. Perjalanan ini mempopulerkan motto gold, gospel, and glory yang pastinya sangat ambisius, sekaligus menginspirasi paham imperialisme kuno bangsa Eropa ke seluruh belahan dunia.
Dalam perjalanannya ke Dunia Timur, bangsa Eropa senantiasa menundukkan setiap daerah yang mereka singgahi. Akan tetapi, dari setiap wilayah itu, hingga beberapa lama tidak satupun yang masuk daerah pendudukan masyarakat Islam. Daerah dengan masyarakat Islam pertama yang berhasil dimasuki adalah daerah Goa, di India. Akan tetapi, tidak terjadi penjajahan d sana. Barulah ketika sampai di wilayah Indonesia, kemudian terjadi penjajahan bangsa Eropa yang dimotori oleh Portugis dan Spanyol. Hal inipun masih diwajarkan, mengingat kekuatan politik Islam di Nusantara adalah kekuatan yang terpisah dari kekuatan Islam di Turki dan Timur Tengah.

Apa yang dilakukan oleh bangsa Eropa di Dunia Timur jelas merupakan upaya untuk tetap mempertahankan keseimbangan kekuatan antara Turki (Islam) dan Barat (Eropa). Apalagi, perbedaan di antara kedua budaya dan peradaban sangat dan semakin kontradiktif pasca berkembangnya protestanisme dan sekularisme.

Kerajaan Shambala, Legenda Pegunungan Himalaya

Kerajaan Shambala, Legenda Pegunungan Himalaya - Selama hampir ribuan tahun, ada sebuah kisah legenda yang beredar, bahwa di sebuah tempat di daratan Tibet, diantara puncak-puncak bersalju Himalaya dan lembah-lembah yang begitu terpencil, ada sebuah surga yang tidak terjamah, sebuah kerajaan dimana kebijakan universal dan kedamaian yang tidak terlukiskan berada. Sebuah kerajaan yang konon disebut Shambala.
James Hilton menulis cerita mengenai kota mistik ini pada tahun 1933 di dalam bukunya yang berjudul "Lost Horizon". Hollywood lalu mengangkatnya kisahnya dalam film produksi tahun 1960, berjudul "Shangri-la". Bahkan penulis terkenal James Redfield yang menulis buku The Celestine Prophecy juga menulis satu buku lagi yang berjudul "The Secret of Shambala : In Search of the Eleven Insight." Shambhala yang sangat misterius ini juga dianggap sebagai sumber bagi Kalachakra, yaitu cabang paling tinggi dan esoterik dalam kisah mistik Tibet. Legenda mengenai Shambhala konon sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Kita bisa menemukan beberapa catatan tentang kerajaan ini di dalam teks-teks kuno seperti Kalachakra dan Zhang Zhung yang sudah ada sebelum agama Budha masuk ke wilayah Tibet.
Kata Shambala (atau Shambala) berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya "Tempat kedamaian" atau "Tempat keheningan". Kerajaan ini  beribukota bernama Kalapa dan diperintah oleh raja-raja dari dinasti Kulika atau Kalki. Di tempat inilah makhluk hidup yang sempurna dan semi sempurna bertemu dan bersama-sama memandu evolusi kemanusiaan. Hanya mereka saja yang murni hatinya yang dapat tinggal di tempat ini. Disana mereka akan menikmati kebahagiaan dan kedamaian dan tidak akan sekalipun mengenal tentang penderitaan.

Konon kabarnya di kerajaan itu, cinta kasih dan kebijakanlah yang memerintah. Tidak pernah sekalipun terjadi ketidakadilan. Penduduknya memiliki pengetahuan spiritual yang sangat mendalam dan kebudayaan mereka didasari oleh hukum, seni dan pengetahuan yang jauh lebih tinggi dibanding dengan pencapaian yang pernah diraih manusia manapun dunia luar.

Banyak petualang dan penjelajah telah berusaha mencari lokasi kerajaan mistik ini. Menurut mereka, mungkin Shambala terletak di wilayah pegunungan Eurasia, sangat  tersembunyi dari dunia luar. Sebagian lagi yang tidak menemukannya percaya bahwa Shambala hanyalah sebatas simbol, penghubung antara dunia nyata dengan dunia yang ada di seberang sana. Tapi, sebagian orang lagi percaya bahwa Shambhala adalah sebuah dunia yang nyata.

Menurut Teks kuno Zhang Zhung, Shambhala identik dengan Lembah Sutlej di Himachal Pradesh. Sedangkan bangsa Mongolia mengidentikkannya dengan lembah-lembah tertentu di Siberia selatan.

Legenda Shambhala kemudian sangat menarik perhatian seorang penganut esoterik dan teosofi yang bernama Nicholas Roerich (1874-1947). Dalam keingintahuannya, ia menjelajahi seluruh gurun Gobi menuju pegunungan Altai dari tahun 1923 hingga tahun 1928. Perjalanan ini menempuh 15.500 mil dan melintasi sekitar 35 puncak-puncak gunung tertinggi di dunia. Namun usaha yang luar biasa ini tetap saja tidak dapat menemukan kerajaan itu.

Bahkan Nazi yang juga sangat berkaitan dengan dunia esoterik, pernah sekali mengirim ekspedisi pencarian Shambhala pada tahun 1930, 1934 dan 1938.
Tapi, tidak satupun dari antara mereka yang berhasil menemukan kota legenda itu.
Edwin Bernbaum menulis dalam  bukunya yang berjudul "The Way of Shambhala" :
"Sementara para penjelajah mendekati kerajaan itu, perjalanan mereka menjadi semakin sulit dilihat. Salah satu pendeta Tibet menulis bahwa peristiwa ini memang dimaksudkan untuk menjauhkan kota Shambhala dari para barbar yang berniat untuk menguasainya."
Apa yang ditulis oleh Bernbaum memang sangat berkaitan dengan ramalan tentang Shambhala. Menurut ramalan itu, umat manusia akan mengalami degradasi ideologi dan kemanusiaan. Materialisme akan menyebar ke seluruh muka bumi. Ketika para "barbar" ini bersatu dibawah komando seorang raja yang kejam, maka barulah kabut yang menyelubungi pegunungan Shambhala akan terangkat dan pasukan raja ini dengan persenjataan yang sangat mengerikan akan menyerang kota itu.

lalu raja Shambhala ke-25 yang konon bernama Raja Rudra Cakrin akan memimpin pasukannya dan maju untuk memerangi pasukan Barbar itu. Dalam pertempuran itu, raja yang kejam dan pasukannya berhasil dihancurkan dan kehidupan umat manusia akan dikembalikan ke dalam kedamaian.

Beberapa ahli seperti Alex Berzin, dengan menggunakan perhitungan dari Tantra Kalachakra, yakin bahwa peristiwa ini akan terjadi pada sekitar tahun 2424 Masehi.

Ketika kebudayaan timur mulai bergerak ke barat, mitos Shambhala akan bangkit dari dalam kabut waktu. Saya rasa, kerinduan akan kedamaianlah yang telah menyebabkan umat manusia berusaha menemukan kerajaan utopia ini. Mungkin kita tidak akan pernah menemukan Shambhala, namun mungkin juga kita ditakdirkan tidak perlu mencari terlalu jauh.

Sebuah kisah kuno dari Tibet menceritakan bahwa pada suatu hari ada seorang pemuda yang bertekad untuk menemukan Shambhala. Setelah menjelajahi banyak gunung, ia lalu menemukan sebuah gua. Di dalamnya ada seorang pertapa tua yang kemudian bertanya kepada anak muda itu : "Kemanakah tujuanmu sampai sampai engkau rela menjelajahi salju yang tebal ini ?"
"Untuk menemukan tempat yang bernama Shambhala," Jawab anak muda itu.
"Ah, engkau sama sekali tidak perlu pergi jauh." Kata pertapa itu. "Sesungguhnya Kerajaan Shambhala sebetulnya ada di dalam hatimu sendiri."

Ledakan gunung Kratau

Ledakan gunung Kratau - Dahsyatnya letusan gunung  Krakatau sudah diketahui oleh orang dari belahan dunia manapun, karena saat itu, gunung Krakatau adalah salah satu gunung terbesar dari segi ledakan  vulkaniknya. Tepatnya gunung Anak Krakatau yang merupakan gunung Krakatau muda adalah sebuah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di wilayah selat Sunda,yaitu antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Dan nama tersebut pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi disana yang sirna akibat letusannya sendiri pada tanggal 26 - 27 Agustus 1883.
Letusan itu amat sangat dahsyat, awan panas dan tsunami yang keluar dari gunung itu menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum stunami yang melanda Aceh pada tanggal 26 Desember 2004,  ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu bahkan terdengar sampai di Alice Springs Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali lebih besar dari bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di masa akhir Perang Dunia II.
Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat mengalami kegelapan selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menyebar menutupi atmosfer. Matahari bahkan bersinar redup sampai tahun berikutnya.  debu vulkanisnya bahkan  tampak di langit Norwegia hingga New York.
Ledakan gunung Krakatau ini sebenarnya masih kalah bila dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di wilayah Alaska. Namun gunung - gunung tersebut meletus jauh di masa populasi manusia masih  sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia di dunia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan kata lain disimpulkan  bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana alam besar pertama di dunia setelah penemuan alat telegraf bawah laut. Kemajuan teknologi  tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.

Gunung Krakatau Purba
Melihat kawasan Gunung Krakatau di daerah Selat Sunda, para ahli memperkirakan bahwa pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda yang akhirnya meletus dengan dahsyat yang hanya menyisakan sebuah kaldera ( kawah besar ) yang disebut Gunung Krakatau Purba, yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883. Gunung ini tersusun dari bebatuan andesit.
Catatan mengenai letusan Krakatau Purba yang diambil dari sebuah teks Jawa Kuno yang berjudul Pustaka Raja Parwa yang diperkirakan berasal dari tahun 416 Masehi. Isinya antara lain adalah:

“Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.... Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera ”
Seorang ahli  geologi bernama Berend George Escher dan beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa kejadian alam yang diceritakan asalnya dari Gunung Krakatau Purba, yang dalam teks isinya disebut Gunung Batuwara. Menurut buku Pustaka Raja Parwa itu, tinggi gunung Krakatau Purba ini mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut, dan lingkaran pantainya mencapai 11 kilometer.
Akibat ledakan yang sangat luar biasa itu, tiga perempat bagian Krakatau Purba hancur dan hanya menyisakan kaldera ( kawah besar ) di Selat Sunda. Sisi - sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung, dalam tulisan lain disebut sebagai Pulau Rakata, Pulau Rakata Kecil dan Pulau Sertung. Letusan gunung ini disinyalir bertanggung - jawab atas terjadinya abad kegelapan di muka bumi. Penyakit sampar bubonic terjadi karena temperatur udara yang mendingin. Sampar ini secara signifikan mengurangi jumlah penduduk di muka bumi.
Letusan ini juga dianggap turut berperan atas berakhirnya masa kejayaan Persia purba, transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Byzantium, berakhirnya peradaban Arabia Selatan, punahnya kota besar Maya, Tikal dan jatuhnya peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka - teki. Ledakan Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan perkiraan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut telah membentuk perisai atmosfer setebal 20 - 150 meter, menurunkan temperatur sebesar 5 - 10 derajat selama 10 - 20 tahun.

Asal mula nama 'AMERIKA'

Asal mula nama 'AMERIKA' - Mungkin anda semua sudah mengetahui sebelumnya kalau nama Benua Amerika diambil dari nama seorang pelaut terkenal yang bernama Amerigo Vespucci. Namun,kisah di balik mengapa Amerika dinamakan dengan nama pelaut Amerigo Vespucci dan bukannya dengan nama orang yang dipercayai sebagai penemu pertamanya yaitu Christoper Columbus,mungkin kurang diketahui oleh orang banyak. Vespucci adalah seorang navigator ulung yang melakukan perjalanan ke "dunia baru" sekitar tahun 1499 dan 1502. Sebagai seseorang navigator dengan pendidikan yang baik, ia menyadari bahwa dunia baru ini bukanlah bagian dari benua Asia, seperti yang orang-orang kira pada saat itu. Ia pun lalu menyebut  tanah ini dengan nama  "Novus Mundus" (Bahasa Latin yang berarti "Dunia Baru").
Vespucci lalu memilih untuk menulis kisah tentang perjalanannya, dan buku-bukunya akhirnya diterbitkan sekitar  tahun 1502 dan 1504. Tulisan harian Vespucci, walaupun bersifat ilmiah, namun juga mampu menghibur pembacanya dengan deskripsinya tentang cerita dunia baru yang sangat menarik dan menegangkan. contohnya, saat ia menulis dalam salah satu catatannya tentang bagaimana penduduk pribumi di dunia baru akan berhubungan intim dengan siapa pun, bahkan ibunya sendiri. Karena sifatnya yang menghibur dan memberikan pendidikan yang baik, catatan perjalanannya tentang kisah dunia baru ini sampai diterbitkan ulang dalam setiap bahasa Eropa.
Pada tahun 1507, seorang kartograf asal Jerman yang bernama Martin Waldseemüller, memilih untuk membuat peta baru yang juga mencakup dunia baru di dalamnya. Berkat catatan perjalanan Vespucci yang terbit hampir di setiap negara Eropa, ia dan dua rekannya tahu tentang perjalanan Vespucci. Namun ia sama sekali tidak mengetahui bahwa Columbus telah melakukan ekspedisi ke dunia baru sebelum ekspedisi yang di lakukan Vespucci, mungkin karena tidak adanya catatan perjalanan Columbus yang diterbitkan. Dengan demikian, mereka keliru berpikir bahwa Vespucci adalah orang pertama yang menemukan benua baru ini sehingga ia menamakan benua ini dengan nama depan Vespucci.
Dalam tulisannya, Waldseemüller menyatakan: "But now these parts (Europe, Asia and Africa, the three continents of the Ptolemaic geography) have been extensively explored and a fourth part has been discovered by Americus Vespuccius (the Latin form of Vespucci’s name), I do not see what right any one would have to object to calling this part after Americus, who discovered it and who is a man of intelligence, and so to name it Amerige, that is, the Land of Americus, or America: since both Europa and Asia got their names from women."
Yang di terjemahkan dalam Bahasa Indonesia kurang lebih berarti: "Sekarang wilayah wilayah ini (Eropa, Asia dan Afrika, yang merupakan tiga benua geografi Ptolomeus) telah banyak dieksplorasi dan bagian yang keempat telah ditemukan oleh Americus Vespuccius (bahasa  Latin dari nama Vespucci), saya tidak melihat alasan kenapa seseorang harus menolak menyebut bagian ini dengan nama Americus, orang yang menemukannya sekaligus orang yang  berpendidikan, atau dengan nama Amerige, yang berarti Tanah Americus, atau Amerika, karena Eropa dan Asia mendapat nama mereka dari nama seorang perempuan."
Dan ketika peta baru yang dibuatnya diresmikan oleh Waldseemüller, terdapat tulisan besar "AMERIKA" di tempat yang sekarang merupakan wilayah Brazil saat ini. Waldseemüller menggunakan tulisan perjalanan Vespucci sebagai referensi untuk membuat gambar dan petanya sehingga pada peta barunya hanya terdapat Amerika Selatan sebagai satu-satunya bagian dari belahan bumi bagian barat yang baru ditemukan. Ketika Amerika Utara kemudian ditambahkan kedalamnya, pembuat peta pada waktu itu tetap mempertahankan nama aslinya. Pada tahun 1538, seorang ahli geografi terkenal bernama Gerard Mercator memilih untuk memberi nama seluruh bagian utara dan selatan Amerika sebagai satu nama yaitu"Amerika".
Christopher Columbus sebenarnya mungkin punya kesempatan dimana dunia baru akan dinamakan berdasarkan namanya. Namun karena dua kecerobohan yang dilakukannya, benua yang ia temukan justru diberi nama dengan nama orang lain. Kesalahannya yang pertama adalah  Columbus mendapat kesan yang keliru kalau dia telah menemukan sebuah rute baru ke Asia dan tidak menyadari sama sekali bahwa Amerika adalah benua yang sama sekali baru. Yang kedua adalah dia tidak pernah menulis catatan secara terbuka tentang hal ini sehingga masyarakat pada saat itu tidak menyadari penemuan besarnya ini. Jika ia tidak melakukan dua kesalahan ini mungkin Mr Waldseemüller dan timnya mungkin akan menamakan dunia baru dengan Columba. Namun, saya pribadi sepertinya nama Amerika lebih bagus didengar.