Sejarah kota Konstantinopel, kota dagang terbesar di dunia

Sejarah kota Konstantinopel, kota dagang terbesar di dunia - Kemenangan gemilang  pasukan Islam dari Kesultanan Turki terhadap pasukan Romawi Timur (Kristen) dalam Perang Salib yang awali dengan direbutnya kota pelabuhan terbesar saat itu, yaitu Konstantinopel, ibukota Romawi, membuka sejarah peranan dari negara dengan ideologi Islam ke dalam percaturan politik antar bangsa. Kemenangan pasukan Islam tersebut dalam perjalanan sejarah berikutnya akan  menjadi pemicu terjadinya kegiatan  imperialisme dan kolonialisme di masa berikutnya. Diambil alihnya kota Konstantinopel, yang namanya kemudian diganti menjadi  kota Istanbul, oleh para penakluk Turki menyebabkan revolusi pola arus perdagangan antara Dunia Barat dengan Dunia Timur.
Setelah jatuhnya Konstantinopel ke tangan Kesultanan Turki, arus pelayaran di sekitar wilayah Mediterania praktis dimonopoli secara mutlak oleh Turki. Hal ini berakibat pada terhalangnya interaksi antara dunia Barat dan Timur, apalagi dengan permusuhan yang terjadi antara Turki (Islam) dan Barat pasca Perang Salib. Jatuhnya kota Konstantinopel kemudian menghadirkan kesan isloasi bagi dunia Barat. Perdagangan yang sebenarnya terjadi antara dua pihak, yaitu Barat dan Timur kini telah menghadirkan sosok Turki sebagai pihak ketiga, sebagai jembatan dalam proses dagang tersebut. Implikasinya tentu saja pada harga komoditas yang diperjual belikan, yang menjadi agak mahal dari sebelumnya. Sementara pada waktu  itu, Barat, dalam hal ini Eropa, belum menjadi kawasan yang makmur dan maju seperti halnya Eropa abad XVIII ataupun hari hari sekarang ini. Pada masa itu, Eropa masih berada di bawah bayang – bayang zaman feodalisme serta kuasa absolut dari gereja.

Kemenangan gemilang Turki dan pasukan Islam di Konstantinopel, menampilkan kekuatan baru dalam hubungan antar bangsa. Mereka berhasil mendobrak dominasi negara negara Eropa dan doktrin keras gereja, hal mana yang sekaligus memicu kebangkitan bangsa Eropa dalam mengidentifikasi ketertinggalannya dari negara negara Arab. Maka dimulailah sebuah tahapan baru dalam pola interaksi antara Barat dan Islam, yang lebih banyak terjadi karena adanya faktor permusuhan di antara kedua belah pihak. Islam pasca kejatuhan kota Konstantinopel menjadi ancaman yang nyata sekaligus kekuatan yang paling menakutkan bagi Eropa saat itu. Apalagi dengan jatuhnya Konstantinopel, maka lahirlah sebuah imperium besar yang luas wilayahnya terbentang di seluruh kawasan Timur Tengah, sampai Afrika Utara, hingga memasuki wilayah Eropa.

Sementara di waktu yang bersamaan, Gereja Katholik Roma masih sangat kesulitan dalam mengumpulkan kekuatan Eropa dalam usahanya menangkal pengaruh Islam. Secara garis besar, hanya ada sedikit kekuatan negara yang bisa menggoncang Turki dan keseluruhannya berada di kawasan Eropa Timur (Timur Dekat, dalam sudut pandang Eropa), seperti Kekaisaran Austria-Hongaria, Kekaisaran Rusia, dan Persia.

Kebangkitan Eropa
Menyadari ketertinggalanya dari kesultanan Turki dan Dunia Arab, Eropa lalu berbenah diri. Di awali dengan Revolusi Gereja lewat prakarsa Martin Luther lewat protestanismenya, dan kemudian secara “tidak sengaja” merangsang dan menumbuhkan semangat liberalisme dari bangsa Eropa yang selama ini dipasung dalam bayang – bayang feodalisme borjuis dari bangsawan – bangsawan Eropa. Spirit liberalisme kemudian menawarkan sebuahkonsep sistem yang tentunya lebih baik lewat penghargaan atas hak – hak individu dari setiap manusia. Maka dimulailah sebuah fase perlawanan masyarakat Eropa dalam mendobrak dominasi dari Gereja dan Paus. Eropa pun mulai menjalani pencerahan, dan setiap orang mulai merasa bebas lalu memikirkan berbagai solusi untuk kemajuan tanpa harus khawatir akan doktrin dan dogma Gereja akan dosa dan neraka. Era ini lalu lebih dikenal sebagai zaman pencerahan.
Selanjutnya Eropa memasuki babak renaissance, di mana berbagai macam pemikiran dan buah pikiran baru bermunculan, termasuk bagaimana cara mengembalikan kejayaan Eropa seperti yang telah dilakukan oleh bangsa Yunani dan Romawi pada masa lalu. Bagaimanapun, fakta sejarah dari kejayaan masa lalu ini tentunya menjadi semangat tersendiri dan sangat menantang untuk mengembalikannya ke tahtanya yang sebelumnya. Setelah itu  dimulailah  interaksi bangsa Eropa dengan dunia luar, dengan mereka yang melakukan perjalanan dan pelayaran ke Timur maupun Barat. Hal ini tentunya berkaitan pula dengan pengambilalihan kota Konstantinopel dari Tangan Eropa ke tangan Islam (Turki). Perjalanan Bangsa Eropa pertama kali kemudian dilakukan oleh pelaut bernama Bartholomeus Diaz dari negara Portugis yang berlayar ke Selatan untuk menemukan rute ke dunia Timur. Perjalanan ini mempopulerkan motto gold, gospel, and glory yang pastinya sangat ambisius, sekaligus menginspirasi paham imperialisme kuno bangsa Eropa ke seluruh belahan dunia.
Dalam perjalanannya ke Dunia Timur, bangsa Eropa senantiasa menundukkan setiap daerah yang mereka singgahi. Akan tetapi, dari setiap wilayah itu, hingga beberapa lama tidak satupun yang masuk daerah pendudukan masyarakat Islam. Daerah dengan masyarakat Islam pertama yang berhasil dimasuki adalah daerah Goa, di India. Akan tetapi, tidak terjadi penjajahan d sana. Barulah ketika sampai di wilayah Indonesia, kemudian terjadi penjajahan bangsa Eropa yang dimotori oleh Portugis dan Spanyol. Hal inipun masih diwajarkan, mengingat kekuatan politik Islam di Nusantara adalah kekuatan yang terpisah dari kekuatan Islam di Turki dan Timur Tengah.

Apa yang dilakukan oleh bangsa Eropa di Dunia Timur jelas merupakan upaya untuk tetap mempertahankan keseimbangan kekuatan antara Turki (Islam) dan Barat (Eropa). Apalagi, perbedaan di antara kedua budaya dan peradaban sangat dan semakin kontradiktif pasca berkembangnya protestanisme dan sekularisme.

0 comments:

Post a Comment